Menghadirkan Dunia Dalam Bahasa Indonesia

Dukung Fantasykun Agar Tetap Berjalan

Tuesday, May 10, 2022

Arifureta Shokugyou de Sekai Saikyou After Story Chapter 27b Bahasa Indonesia

 

Chapter 27b/206 : Hanya Sekedar Menceritakan Dari Seorang Teman


**Novel ini diterjemahkan oleh Fantasykun, baca novel ini hanya di fantasykun*blogspot*com**

 

Part 3


Matahari terbenam di barat. Saat langit mulai berwarna jingga cerah, mobil yang dikendarai Vanessa melaju melewati jalan yang terbentang lurus seolah-olah mobil sedang meluncur.

Di dalam mobil, Emily dan Kousuke memuaskan perut mereka dengan burger dan kentang goreng yang mereka beli dari restoran terkenal tertentu yang mereka kunjungi di tengah jalan.

[......Emily, ada apa?]

Kousuke tiba-tiba bertanya. Emily sedang memakan kentang gorengnya sedikit demi sedikit seperti hamster sementara pandangannya diarahkan ke luar jendela. Dia kemudian mengalihkan pandangannya ke Kousuke.

[Apa maksudmu?]

[Tidak, sepertinya kau melihat jauh ke sana. Kau lelah?]

[Aa~, tidak. Aku baik-baik saja. Hanya saja, aku sangat familiar dengan daerah ini. Melihat ini, rasanya aku benar-benar pulang. Tapi, meskipun aku punya banyak cerita untuk dibagikan ketika saat pulang sebelumnya, tapi kali ini ...... sesuatu seperti itu.]

Sepertinya saat dia membandingkan situasi saat ini dengan waktu dia pulang sebelumnya, itu menyebabkan emosi yang dalam dan berat menggerakkan hatinya. Sama seperti warna jingga matahari terbenam membangkitkan kesepian pada orang tanpa alasan, sepertinya hati Emily juga terangsang dengan perasaan yang tak terlukiskan oleh pemandangan kampung halamannya dan warna jingga dari langit yang memerah.



Kousuke yang tahu tentang keadaan mengerikan yang Emily alami dalam beberapa hari ini, ragu-ragu tentang apa yang harus dikatakan kembali. Dia berpikir dia harus mengatakan sesuatu, tetapi dia hanya bisa membiarkan pandangannya mengembara tidak dapat menemukan kata-kata yang bagus. Pada saat ini, dia menjadi iri pada agitator tertentu yang bisa memutar kata-kata dengan lancar. 


* TL : maksudnya Hajime

 
Emily membuat senyum tipis pada Kousuke yang dalam keadaan seperti itu. Dia kemudian meneguk minuman di tangannya sekaligus sebelum dia berkata sekali lagi [Aku baik-baik saja].

Vanessa yang melihat melalui kaca spion pada pertukaran antara keduanya di kursi belakang, membuka mulutnya dengan bijaksana, seolah-olah menjadi pengganti Kousuke.

[Maaf, Doctor Grant ……]

[Ya ampun. Vanessa juga, jangan khawatirkan aku. Aku bilang aku baik-baik saja.]

[Tidak, aku benar-benar tidak percaya itu. Doctor Grant, Apa yang disebut batas, adalah sesuatu yang akan datang lebih cepat dari yang kita duga.]

Ekspresi serius Vanessa yang tak terduga bisa dilihat melalui kaca spion. Kata-kata Emily tanpa sadar tersangkut di tenggorokannya. Kousuke berpikir [Seperti yang diharapkan dari agen biro keamanan. Dia juga tahu berbagai hal tentang cara merawat seseorang yang terseret ke dalam sebuah kasus] sambil mengiriminya tatapan kagum――

[ Apa kandung kemihmu baik-baik saja?]

[Apa yang kau khawatirkan di sana !?]
 

Tentu saja, itu adalah kekhawatiran tentang martabat gadis kencing Emily-chan.

[Di restoran tadi, dan juga di pom bensin sebelumnya, aku perhatikan kalau Doctor Grant tidak pergi ke toilet. Namun, kau minum dua kola ukuran besar dan kopi. Aku sangat khawatir apakah kau akan semakin terluka seperti ini.]

[It, it,it, itu-]

[Namun, Aku tidak percaya kalau Doctor Grant yang telah mengalami kegagalan parah dua kali akan begitu mudah mengambil tindakan optimis seperti ini. Doctor Grant……]

[Apa, apa]

Emily sudah berubah kecil menjadi setengah ukuran aslinya sementara kewaspadaan dan rasa malunya terlihat sepenuhnya. Mata Vanessa bersinar melotot melalui kaca spion ke arah Emily.

[Kebetulan, apakah kau terbangun?]

[Apa, apa artinya itu?]

Emily-chan yang murni tidak dapat memahami arti dari pertanyaan itu. Tentu saja, pemuda di sampingnya memahami artinya. Vanessa bertanya dengan tekad.

[Untuk kesenangan buang air kecil.]

[APA KAU IDIOTTT!! Tidak mungkin aku terbangun karena hal seperti itu!! Apa kau ingin membuatku menjadi cabul !?]

Dunia Tidak Diketahui Emily Bagian 2. Tidak mungkin ada orang yang merasa senang mengompol di depan umum! Jika ada orang seperti itu, maka orang itu pasti cabul!

Tentu saja, tidak mungkin Emily terbangun dengan kesenangan yang terlalu istimewa seperti itu. Jadi, Emily menoleh ke Kousuke dengan ekspresi gelisah dan memohon [ Itu salah! Itu sepenuhnya salah! Aku bukan orang cabul seperti itu! Percayalah, Kousuke-」.

[ Te, tenang. itu , bukan berarti aku berpikir kau cabul atau apa pun.]

[Benarkah? Benarkah? Kousuke-]

Emily hendak mengatakan sesuatu. Namun, melakukan gangguan yang indah saat itu adalah cara Vanessa Paradis menggelinding.

[Jadi Doctr Grant tidak terbangun akan hal itu ...... sangat disayangkan bagi Tuan K, bukan?]
 

[Tidak mungkin itu benar! Jangan membuatku menjadi cabul seperti itu!]

[Ko, Ko Ko, Kousuke !? Ka, kau mengincar "itu" ku? Kau lebih bahagia kalau aku cabul!? Itu ...... itu merepotkanku!]

[Tidak mungkin itu benar! Kenapa kau merasa sedikit bermasalah seperti itu!? Apa maksudmu merepotkan!? Kau harus menyangkal dengan kuat di sana dengan cara apa pun!]

Pembuat kekacauan Vanessa. Dia menunjukkan kemampuannya itu tanpa berusaha keras, mendorong Kousuke dan Emily ke dalam wadah kebingungan!

[Fumu. Kesulitan besar sedang menunggu di depan kita. Lebih baik menjadi energik seperti ini. Kalian berdua penuh semangat juang di sana.]

[Kau, diam saja !!]

[Kau, diamlah!!]

Balasan dari Kousuke dan Emily meledak dengan harmonis. Vanessa membuat ekspresi yang sepertinya mengatakan [Tidak dapat dipahami] sendiri.

Menyerah pada Vanessa yang menyebarkan bom kata secara alami seperti itu, Emily membuat pembenaran dengan putus asa pada Kousuke sementara Kousuke dengan putus asa menenangkan Emily. Selama waktu itu, pemandangan di sekitarnya mulai berubah sepenuhnya.

Mereka memasuki kota. Ada beberapa bangunan tinggi, tetapi sebagian besar bangunan memberikan suasana retro.

[ Vanessa. Ikuti jalan ini untuk menyeberangi pusat kota dan menuju ke utara. Sebuah sungai akan terlihat setelah beberapa waktu. Ada juga restoran yang membuat pai lezat di dekatnya. Kau akan langsung mengerti karena mereka memiliki papan nama yang lucu.]

[Roger. Ini adalah pertama kalinya aku datang ke sini, tapi ...... ini adalah pemandangan kota yang cukup indah.]

Ada bangunan dengan warna bata, dan ada juga bangunan kaca. Tapi, kedua jenis bangunan itu tidak saling merusak pemandangan. Seolah-olah hal baru dan hal lama saling menerima, memberi kesan lembut kepada siapa pun yang melihat.

Di pusat kota ini, pada saat matahari sebagian besar terbenam, penduduk setempat memiliki ekspresi tenang. Mereka berjalan dengan santai di atas paving batu sambil memegang tas yang berisi makanan. Pemandangan itu memiliki kesan nyaman di mana mereka perlahan bisa merasakan aliran waktu.

Dan kesan itu menjadi lebih mencolok saat mereka meninggalkan pusat kota dan memasuki pinggiran kota. Ada lebih banyak tanaman hijau, rumah-rumah dengan warna yang sama dan gaya yang sama berbaris rapi, membentuk bayangan serupa. Entah bagaimana, rasanya bahkan cahaya matahari terbenam juga menjadi lembut.

Vanessa menjalankan mobil mengikuti arah Emily. Berbeda dengan Emily, yang agak gelisah dengan kepulangan yang lama ini, Kousuke menegangkan tubuhnya dalam jumlah sedang. Tentu saja, dia mempertimbangkan kemungkinan penyergapan oleh kekuatan lain yang menunggu mereka.

Namun, berbeda dengan harapannya, dia tidak dapat menemukan sesuatu seperti mobil hitam atau sejenisnya yang parkir di dekatnya. Mereka bisa melihat anak-anak yang ribut bermain dengan banyak energi, dan sosok ayah dan ibu yang mendesak mereka untuk segera pulang dengan senyum masam. Tidak ada tanda-tanda konflik; daerah itu benar-benar tampak damai.

[Ah, di sana. Rumah itu dengan van putih yang diparkir! Lampunya menyala. Sepertinya ayah dan yang lainnya ada di rumah.]

Emily menghela napas lega. Van putih itu adalah mobil milik ayah Emily, Carl. Itu adalah mobil yang dibeli sebagai pengganti beberapa tahun yang lalu jadi nenek, Syla, yang menggunakan kursi roda, juga bisa naik. Mereka masih belum selesai membayar pinjaman untuk mobil ini. Ada juga sebuah kendaraan berwarna biru muda yang terparkir di sampingnya. Itu mobil ibunya, Sophie.

Vanessa menghentikan mobilnya di depan rumah. Emily akan segera bergegas keluar, tetapi Vanessa menghentikannya. Dan kemudian, Vanessa mengamati situasi di sekitarnya dengan hati-hati dari dalam mobil sambil mengeluarkan pistolnya dari saku dadanya.

[Mari kita berhati-hati. Aku akan menekankan ini padamu, Doctor Grant, tolong jangan berpisah dariku apa pun yang terjadi.]

[Y, ya. Aku mengerti.]

Tangan Vanessa meraih kunci mesin, dan dia melirik Kousuke. Suasana cerah Kousuke yang biasa menghilang, dan dia melihat sekeliling dengan tatapan serius, tapi tak lama kemudian ekspresinya berubah bingung.

[Tuan. K.Ada apa? Apa kau melihat tanda-tanda sesuatu yang salah?]

[……………Tidak, tidak ada yang salah. Tidak ada tapi ...... itulah mengapa rasanya salah.]

[? Bagaimana apanya?]

Kousuke tidak langsung menjawab pertanyaan Vanessa. Dia menatap sebentar ke arah rumah itu. Ekspresi Emily diwarnai dengan bayangan kecemasan melihat Kousuke yang tampak tidak normal. Endo menggelengkan kepalanya, dan kemudian dia berbicara dengan ragu mempertimbangkan Emily.

[...... Di dalam rumah, tidak ada tanda-tanda orang.]

[Eh?]

Emily memiringkan kepalanya. Mobil orang tuanya diparkir, lampu di dalam rumah juga dinyalakan. Itu adalah bukti bahwa keluarga itu ada di rumah. Meskipun begitu, tidak ada orang di dalam. Sebuah firasat buruk membengkak di dalam hatinya.

Di sisi lain, Vanessa mengangkat salah satu alisnya, dan ekspresinya berubah meragukan. “Tanda” yang disebutkan Vanessa sebelumnya adalah sesuatu seperti jejak pertarungan, atau kalau ada orang yang mengintip dari balik gedung di suatu tempat, atau mobil yang diparkir yang terlihat tidak pada tempatnya dengan lingkungan ini, yang dia maksud adalah tentang “jejak manusia. ” yang terlihat oleh mata seperti itu.

Bagaimana dia tahu tentang bagian dalam rumah yang tidak terlihat .......

[Pokoknya, kita tidak bisa melakukan apa-apa dari sini. Mari kita coba masuk. Mungkin mereka hanya keluar sebentar di lingkungan sekitar.]

[Be, benar. pasti, seperti itu.]

Kousuke memperhatikan ekspresi cemas Emily, jadi dia mendesak mereka untuk bertindak cepat. Dan kemudian, dia buru-buru turun dari mobil untuk memimpin. Vanessa mengubur keraguannya di dalam dadanya dari tindakan Kousuke itu.

Mereka melintasi halaman rumput yang terawat baik, menaiki tanjakan yang masih terlihat seperti baru dari renovasi sehingga bisa dilalui dengan menggunakan kursi roda, dan mereka sampai di depan pintu masuk.

Emily membunyikan lonceng. Dan kemudian dia memanggil [Ayah! Ibu! Nenek! Ini Emily! Kalian disana?]. Namun, seolah-olah untuk membuktikan kebenaran kata-kata Kousuke, tidak ada jawaban yang datang dari dalam rumah.

Emily mengeluarkan kunci rumah dari kantongnya, berpikir kalau pintu itu pasti terkunci kalau tidak ada orang di rumah. Dan kemudian, dia memasukkan kunci dan hendak membuka pintu ……

[E, eh?]

Pintunya tidak terkunci sejak awal. Meskipun ini adalah lingkungan yang tenang, tidak mungkin seluruh keluarga keluar meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci. Pipi Emily mengejang.

[Ayah! Ibu! Ini aku! Kalian tidak di sini!? Nenek! kalian ada di mana!?]
 

[Doctor Grant! Tenang!]

Emily membuka pintu dengan keras dan melangkah masuk ke dalam rumah tanpa bisa menahan diri. Vanessa buru-buru menghentikan Emily yang seperti itu.

Namun, peringatan Vanessa tidak masuk ke telinga Emily. Hatinya yang memikirkan keluarganya sedang kacau karena kondisi rumah yang tidak normal. Dia mati-matian mendukung hatinya yang merasa seperti akan hancur di bawah kegelisahan dan teror saat berlari di sekitar rumah. Dia melakukan itu sambil menelepon keluarganya. Dia ingin mengatakan "Aku pulang" seperti biasanya. Dia ingin mendengar "Selamat datang di rumah."

Namun, mau itu di ruang tamu yang terang, di dapur tempat ibunya biasanya berdiri mengenakan celemek, di kamar mandi, di kamar lantai dua, atau bahkan di kamar Emily, tidak ada orang sama sekali.

[Itu, itu pasti kesalahan. Semuanya, mereka pasti keluar sebentar sekarang. I, itu benar. pasti, mereka pergi ke tempat Pak. McBurney, atau ke tempat Bibi Hannah.]

[Emily.]

[Tunggu, oke. Aku akan segera memanggil mereka kembali. Lalu, aku akan memperkenalkan Vanessa dan Kousuke dengan benar pada mereka――]

[Emily Grant!]

[-]

Emily hendak keluar rumah dengan senyum kering. Tapi Kousuke memanggil namanya dengan nada yang kuat untuk menghentikannya. Emily mengejang dan berdiri diam sebelum berbalik dengan gerakan kaku seperti mesin yang belum diminyaki.

Mata Emily melihat Kousuke mengambil tablet yang diletakkan di meja ruang tamu. Itu adalah sesuatu yang diabaikan Emily sebelumnya. Tapi, barang itu jelas bukan milik keluarga Grant.

Alasannya adalah,

[Ini ditujukan, untukku ……]

Ya, nama Vanessa Paradis terpampang di layar tablet yang dibiarkan menyala. Tidak mungkin keluarga Emily yang tidak mengetahui keberadaan Vanessa bisa menyiapkan hal seperti itu.

Dengan kata lain, rumah ini baru saja dikunjungi beberapa jam yang lalu, oleh seseorang selain anggota keluarga Grant, seseorang yang tahu tentang Vanessa……

Wajah Emily memucat. Tubuhnya tanpa sadar terhuyung-huyung goyah. Kousuke dengan cepat mendukungnya.

Didorong oleh tatapan Kousuke, Vanessa menyentuh tablet itu.

Kemudian, meja memproyeksikan gambar sebuah ruangan di suatu tempat. Ruangan itu tidak terlihat sangat sepi; itu ruangan biasa. Ada sofa dengan penutup kain dan meja kayu. Tidak ada orang di sana. Sepertinya tablet itu hanya diletakkan di tempat untuk merekam video.

Tapi, sesaat kemudian, pintu di sudut kamera terbuka. Apa yang masuk dari pintu itu adalah kursi roda, dan seorang wanita tua duduk di atasnya. Lalu, seorang pria berusia empat puluhan yang terlihat agak lemah mendorong kursi roda itu. Seorang wanita dengan usia yang sama memegang tangan pria itu sambil melihat sekeliling dengan gelisah.

[-, nenek-, ayah-, ibu-]

Suara Emily bergema seperti teriakan.

Orang-orang di video itu tidak terlihat seperti akan disakiti. Namun, dari ekspresi dan gerak tubuh mereka, seolah-olah diambil tanpa benar-benar tahu apa-apa. Namun, meski begitu, tetap tidak bisa membuat Emily yang sedang melihat video tersebut menjadi tenang. Emily memandangi keluarganya yang diculik dan jatuh tak berdaya.

Lalu, video terputus dan tampilan menjadi hitam pekat. Namun saat mereka berpikir begitu, perlahan gambar jam yang menunjukkan waktu beberapa jam dari sekarang muncul, selanjutnya, peta dari foto udara mulai ditampilkan. Itu adalah pertunjukan yang seperti perwujudan selera buruk pembuatnya.

[Tempat itu ...... terlihat seperti distrik gudang. Mereka main-main.]

Vanessa meludahkan kata-kata itu. Di sampingnya, Emily menjadi kecil dengan memeluk lutut dan kepalanya. Dia mendapatkan kilas balik dari rantai peristiwa yang harus disebut sebagai traumanya, di mana dia kehilangan orang-orang penting.

Mungkin, dia juga akan kehilangan keluarganya....... teror itu menyingkirkan misi yang dipercayakan oleh kakak-kakaknya dan mendorongnya ke jurang teror dan keputusasaan. Dia ingin menangis sambil memohon, kalau dia akan mendengarkan apa pun yang mereka katakan, jadi tolong jangan sakiti keluarganya.

Sebuah suara berbicara kepada Emily seperti itu. Suara itu lembut namun keras, hangat namun tajam, suara seperti itu.

[Emily, itu akan baik-baik saja. Aku tidak tau siapa yang melakukan ini, tapi tidak ada tanda-tanda pertarungan di rumahmu, dan tidak ada tanda-tanda kekerasan di keluargamu. Orang-orang itu menginginkan kerja sama Emily, jadi meskipun mereka dapat menggunakan keluargamu untuk mengancammu, mereka tidak dapat menyakiti mereka dengan mudah. Itu karena mereka mengerti, melakukan itu hanya akan mendorong Emily melewati keputusasaan dan menjadi permusuhan.]

[Kousu, ke.]

Kousuke dengan lembut mengambil tangan Emily yang memegangi kepalanya dan dengan lembut mendorongnya ke bawah.

[Emily tahu rasa sakit karena tetap hidup dan dibiarkan melarikan diri sendirian, dan memiliki sesuatu yang dipercayakan padamu. Kalau kau berhenti di sini, maka, hal yang sama pasti akan terjadi lagi.]

[Tidak, aku tidak menginginkan itu! Sesuatu seperti itu, lagi-]

Emily meninggikan suaranya dengan ekspresi terdistorsi karena menangis. Kousuke mengangguk Benar?, lalu kali ini dia menarik tangannya dan membuatnya berdiri.

[Kalau ada waktu di mana kau harus mengerahkan segalanya untuk sekali dalam hidupmu, maka sekaranglah waktu yang tepat. Saat ini, saat ini, nyalakan jiwamu]

[Eh?]

[Itu adalah cerita dari seorang teman. Tapi, di masa lalu, saat aku mengalami kekalahan telak, aku bisa berdiri sekali lagi dari kata-kata ini. Aku bisa mempertaruhkan seluruh tubuh dan jiwaku melawan sekelompok monster sebagai lawanku. Berkat itu, aku bisa berada di sini sekarang.]

[Kousuke ……]

Emily kehilangan kata-katanya. Itulah betapa “beratnya” kata-kata Kousuke barusan. Mereka bergema di kedalaman terdalam dari hatinya yang lemah.

Kilatan mata tajam Kousuke yang tampak seperti seorang prajurit veteran menembus menembus Emily.

[Untuk Emily Grant, pastinya saat ini adalah saat yang tepat untuk mengobarkan jiwamu. Kencangkan kakimu, Gertakkan gigimu, lalu berteriak sampai paru-parumu pecah. “Siapa yang akan melakukan apa pun yang kau katakan! Jangan meremehkanku, dasar brengsek!" Seperti itu.]

Itu adalah kata-kata yang penuh gairah seperti magma yang mendidih. Mata berkilauan Kousuke masih menembus Emily.

Karena itu, hanya ada satu jawaban yang bisa dibuat Emily.

[Ya. Ya!]

Jiwanya yang hampir tenggelam ke dalam rawa keputusasaan, kini berkobar sekali lagi. Emily dengan kuat menggenggam kembali tangan Kousuke yang menggenggam tangannya.

[Kousuke, juga akan meminjamkanku kekuatanmu, kan?]

[Ya. Itulah yang kukatakan. Aku akan menjadi kekuatanmu. Keluarga Emily, mari kita selamatkan mereka dengan pasti.]

Mata Emily bersinar seperti langit berbintang. Jarak antara keduanya begitu dekat sehingga mereka bisa merasakan napas satu sama lain. Seolah-olah itu adalah jarak saat ini antara hati mereka――

[......Haruskah aku membaca suasana dan pergi keluar? Atau yang lain, haruskah aku  memotong dengan mengatakan "Jangan lupakan aku, tolonggg"? Itulah pertanyaannya.]

Vanessa bergumam.

Tak perlu dikatakan lagi bagaimana Emily melompat mundur dari Kousuke seperti kucing yang gesit. Dan, tidak perlu dikatakan lagi bagaimana dia menjadi kecil karena malu saat dia mengingat bagaimana dia sangat dekat dengan seorang anak laki-laki barusan.

 

Part 4


Di saat tirai malam telah turun sepenuhnya, kegelapan malam di distrik gudang di pinggiran kota terpotong oleh lampu mobil. Mobil yang dengan hati-hati maju perlahan dan diam-diam segera memasuki tempat yang dikelilingi dari empat arah oleh gedung-gedung tinggi.

Lampu depan menerangi mobil hitam di depan.

Vanessa, Emily, dan Kousuke keluar dari mobil dengan lampu depan masih menyala. Vanessa berjalan ke depan dengan Kousuke dan Emily mengikuti di belakang. Emily mencengkeram lengan baju Kousuke dengan erat.

Mobil hitam di sisi yang berlawanan menyalakan lampu depannya seolah-olah menentang sisi mereka. Seseorang turun dari mobil hitam di depan Vanessa yang waspada. Sosok orang itu tidak jelas karena lampu belakang lampu depan, tapi Vanessa bisa melihatnya dengan samar.

Dan kemudian dia berpikir. [Aa, jadi seperti itu seperti yang diharapkan]. Pada saat yang sama, dia juga berpikir [Akan lebih bagus kalau itu Kimberly].

[Agen Paradis. Kamu benar-benar telah menempatkan kami ke dalam banyak masalah. Dengan segala hak, kamu harus mendapatkan pelepasan disiplin, Kau tahu?]

Sosok itu berjalan dengan langkah kaki berderak dan menunjukkan diri. Itu adalah kenyataan yang kalau mungkin ingin dibantah Vanessa.

Kepala biro keamanan nasional――Sharon Magdanese, orang inilah yang muncul.


Jangan lupa react koemn dan sher, dan jangan lupa juga untuk follow fp fantasykun agar dapet info apdet terbaru
 
Kalau kalian suka dan pengen traktir buat lebih ngebut chapternya, bisa traktir disini dan kalian juga bisa support mimin agar lebih semangat ngerjain novelnya DISINI

⏪⏪⏪

☰☰ 

⏩⏩⏩

No comments:

Post a Comment