Chapter 27b/206 : Hanya Sekedar Menceritakan Dari Seorang Teman
**Novel ini diterjemahkan oleh Fantasykun, baca novel ini hanya di fantasykun*blogspot*com**
Part 3
Matahari
terbenam di barat. Saat langit mulai berwarna jingga cerah, mobil yang
dikendarai Vanessa melaju melewati jalan yang terbentang lurus
seolah-olah mobil sedang meluncur.
Di dalam mobil, Emily dan
Kousuke memuaskan perut mereka dengan burger dan kentang goreng yang
mereka beli dari restoran terkenal tertentu yang mereka kunjungi di
tengah jalan.
[......Emily, ada apa?]
Kousuke tiba-tiba
bertanya. Emily sedang memakan kentang gorengnya sedikit demi sedikit
seperti hamster sementara pandangannya diarahkan ke luar jendela. Dia
kemudian mengalihkan pandangannya ke Kousuke.
[Apa maksudmu?]
[Tidak, sepertinya kau melihat jauh ke sana. Kau lelah?]
[Aa~,
tidak. Aku baik-baik saja. Hanya saja, aku sangat familiar dengan
daerah ini. Melihat ini, rasanya aku benar-benar pulang. Tapi, meskipun
aku punya banyak cerita untuk dibagikan ketika saat pulang sebelumnya,
tapi kali ini ...... sesuatu seperti itu.]
Sepertinya saat dia
membandingkan situasi saat ini dengan waktu dia pulang
sebelumnya, itu menyebabkan emosi yang dalam dan berat menggerakkan
hatinya. Sama seperti warna jingga matahari terbenam membangkitkan
kesepian pada orang tanpa alasan, sepertinya hati Emily juga terangsang
dengan perasaan yang tak terlukiskan oleh pemandangan kampung halamannya
dan warna jingga dari langit yang memerah.
Kousuke yang tahu
tentang keadaan mengerikan yang Emily alami dalam beberapa hari ini,
ragu-ragu tentang apa yang harus dikatakan kembali. Dia berpikir dia harus mengatakan sesuatu, tetapi dia hanya bisa membiarkan
pandangannya mengembara tidak dapat menemukan kata-kata yang bagus. Pada
saat ini, dia menjadi iri pada agitator tertentu yang bisa memutar
kata-kata dengan lancar.
* TL : maksudnya Hajime
Emily membuat senyum tipis pada Kousuke
yang dalam keadaan seperti itu. Dia kemudian meneguk minuman di
tangannya sekaligus sebelum dia berkata sekali lagi [Aku baik-baik saja].
Vanessa
yang melihat melalui kaca spion pada pertukaran antara keduanya di
kursi belakang, membuka mulutnya dengan bijaksana, seolah-olah menjadi
pengganti Kousuke.
[Maaf, Doctor Grant ……]
[Ya ampun. Vanessa juga, jangan khawatirkan aku. Aku bilang aku baik-baik saja.]
[Tidak,
aku benar-benar tidak percaya itu. Doctor Grant, Apa yang disebut
batas, adalah sesuatu yang akan datang lebih cepat dari yang kita duga.]
Ekspresi
serius Vanessa yang tak terduga bisa dilihat melalui kaca spion.
Kata-kata Emily tanpa sadar tersangkut di tenggorokannya. Kousuke
berpikir [Seperti yang diharapkan dari agen biro keamanan. Dia juga tahu
berbagai hal tentang cara merawat seseorang yang terseret ke dalam
sebuah kasus] sambil mengiriminya tatapan kagum――
[ Apa kandung kemihmu baik-baik saja?]
[Apa yang kau khawatirkan di sana !?]
Tentu saja, itu adalah kekhawatiran tentang martabat gadis kencing Emily-chan.
[Di
restoran tadi, dan juga di pom bensin sebelumnya, aku perhatikan kalau Doctor Grant tidak pergi ke toilet. Namun, kau minum dua kola ukuran
besar dan kopi. Aku sangat khawatir apakah kau akan semakin terluka
seperti ini.]
[It, it,it, itu-]
[Namun, Aku tidak percaya
kalau Doctor Grant yang telah mengalami kegagalan parah dua kali akan
begitu mudah mengambil tindakan optimis seperti ini. Doctor Grant……]
[Apa, apa]
Emily
sudah berubah kecil menjadi setengah ukuran aslinya sementara
kewaspadaan dan rasa malunya terlihat sepenuhnya. Mata Vanessa bersinar
melotot melalui kaca spion ke arah Emily.
[Kebetulan, apakah kau terbangun?]
[Apa, apa artinya itu?]
Emily-chan
yang murni tidak dapat memahami arti dari pertanyaan itu. Tentu saja,
pemuda di sampingnya memahami artinya. Vanessa bertanya dengan tekad.
[Untuk kesenangan buang air kecil.]
[APA KAU IDIOTTT!! Tidak mungkin aku terbangun karena hal seperti itu!! Apa kau ingin membuatku menjadi cabul !?]
Dunia
Tidak Diketahui Emily Bagian 2. Tidak mungkin ada orang yang merasa
senang mengompol di depan umum! Jika ada orang seperti itu, maka orang
itu pasti cabul!
Tentu saja, tidak mungkin Emily terbangun dengan
kesenangan yang terlalu istimewa seperti itu. Jadi, Emily menoleh ke
Kousuke dengan ekspresi gelisah dan memohon [ Itu salah! Itu sepenuhnya
salah! Aku bukan orang cabul seperti itu! Percayalah, Kousuke-」.
[ Te, tenang. itu , bukan berarti aku berpikir kau cabul atau apa pun.]
[Benarkah? Benarkah? Kousuke-]
Emily hendak mengatakan sesuatu. Namun, melakukan gangguan yang indah saat itu adalah cara Vanessa Paradis menggelinding.
[Jadi Doctr Grant tidak terbangun akan hal itu ...... sangat disayangkan bagi Tuan K, bukan?]
[Tidak mungkin itu benar! Jangan membuatku menjadi cabul seperti itu!]
[Ko, Ko Ko, Kousuke !? Ka, kau mengincar "itu" ku? Kau lebih bahagia kalau aku cabul!? Itu ...... itu merepotkanku!]
[Tidak
mungkin itu benar! Kenapa kau merasa sedikit bermasalah seperti itu!?
Apa maksudmu merepotkan!? Kau harus menyangkal dengan kuat di sana
dengan cara apa pun!]
Pembuat kekacauan Vanessa. Dia menunjukkan
kemampuannya itu tanpa berusaha keras, mendorong Kousuke dan Emily ke
dalam wadah kebingungan!
[Fumu. Kesulitan besar sedang menunggu di
depan kita. Lebih baik menjadi energik seperti ini. Kalian berdua penuh
semangat juang di sana.]
[Kau, diam saja !!]
[Kau, diamlah!!]
Balasan
dari Kousuke dan Emily meledak dengan harmonis. Vanessa membuat
ekspresi yang sepertinya mengatakan [Tidak dapat dipahami] sendiri.
Menyerah
pada Vanessa yang menyebarkan bom kata secara alami seperti itu, Emily
membuat pembenaran dengan putus asa pada Kousuke sementara Kousuke
dengan putus asa menenangkan Emily. Selama waktu itu, pemandangan di
sekitarnya mulai berubah sepenuhnya.
Mereka memasuki kota. Ada beberapa bangunan tinggi, tetapi sebagian besar bangunan memberikan suasana retro.
[ Vanessa.
Ikuti jalan ini untuk menyeberangi pusat kota dan menuju ke utara.
Sebuah sungai akan terlihat setelah beberapa waktu. Ada juga restoran
yang membuat pai lezat di dekatnya. Kau akan langsung mengerti karena
mereka memiliki papan nama yang lucu.]
[Roger. Ini adalah pertama kalinya aku datang ke sini, tapi ...... ini adalah pemandangan kota yang cukup indah.]
Ada
bangunan dengan warna bata, dan ada juga bangunan kaca. Tapi,
kedua jenis bangunan itu tidak saling merusak pemandangan. Seolah-olah
hal baru dan hal lama saling menerima, memberi kesan lembut kepada siapa
pun yang melihat.
Di pusat kota ini, pada saat matahari
sebagian besar terbenam, penduduk setempat memiliki ekspresi tenang.
Mereka berjalan dengan santai di atas paving batu sambil memegang tas
yang berisi makanan. Pemandangan itu memiliki kesan nyaman di mana
mereka perlahan bisa merasakan aliran waktu.
Dan kesan itu
menjadi lebih mencolok saat mereka meninggalkan pusat kota dan
memasuki pinggiran kota. Ada lebih banyak tanaman hijau, rumah-rumah
dengan warna yang sama dan gaya yang sama berbaris rapi, membentuk
bayangan serupa. Entah bagaimana, rasanya bahkan cahaya matahari
terbenam juga menjadi lembut.
Vanessa menjalankan mobil mengikuti
arah Emily. Berbeda dengan Emily, yang agak gelisah dengan kepulangan
yang lama ini, Kousuke menegangkan tubuhnya dalam jumlah sedang. Tentu
saja, dia mempertimbangkan kemungkinan penyergapan oleh kekuatan lain
yang menunggu mereka.
Namun, berbeda dengan harapannya, dia tidak
dapat menemukan sesuatu seperti mobil hitam atau sejenisnya yang parkir
di dekatnya. Mereka bisa melihat anak-anak yang ribut bermain dengan
banyak energi, dan sosok ayah dan ibu yang mendesak mereka untuk segera
pulang dengan senyum masam. Tidak ada tanda-tanda konflik; daerah itu
benar-benar tampak damai.
[Ah, di sana. Rumah itu dengan van putih yang diparkir! Lampunya menyala. Sepertinya ayah dan yang lainnya ada di rumah.]
Emily
menghela napas lega. Van putih itu adalah mobil milik ayah Emily, Carl.
Itu adalah mobil yang dibeli sebagai pengganti beberapa tahun yang lalu
jadi nenek, Syla, yang menggunakan kursi roda, juga bisa naik.
Mereka masih belum selesai membayar pinjaman untuk mobil ini. Ada juga
sebuah kendaraan berwarna biru muda yang terparkir di
sampingnya. Itu mobil ibunya, Sophie.
Vanessa menghentikan
mobilnya di depan rumah. Emily akan segera bergegas keluar, tetapi
Vanessa menghentikannya. Dan kemudian, Vanessa mengamati situasi di
sekitarnya dengan hati-hati dari dalam mobil sambil mengeluarkan
pistolnya dari saku dadanya.
[Mari kita berhati-hati. Aku akan
menekankan ini padamu, Doctor Grant, tolong jangan berpisah dariku apa pun yang terjadi.]
[Y, ya. Aku mengerti.]
Tangan
Vanessa meraih kunci mesin, dan dia melirik Kousuke. Suasana cerah Kousuke yang biasa menghilang, dan dia melihat sekeliling dengan tatapan
serius, tapi tak lama kemudian ekspresinya berubah bingung.
[Tuan. K.Ada apa? Apa kau melihat tanda-tanda sesuatu yang salah?]
[……………Tidak, tidak ada yang salah. Tidak ada tapi ...... itulah mengapa rasanya salah.]
[? Bagaimana apanya?]
Kousuke
tidak langsung menjawab pertanyaan Vanessa. Dia menatap sebentar ke
arah rumah itu. Ekspresi Emily diwarnai dengan bayangan kecemasan
melihat Kousuke yang tampak tidak normal. Endo menggelengkan kepalanya,
dan kemudian dia berbicara dengan ragu mempertimbangkan Emily.
[...... Di dalam rumah, tidak ada tanda-tanda orang.]
[Eh?]
Emily
memiringkan kepalanya. Mobil orang tuanya diparkir, lampu di dalam
rumah juga dinyalakan. Itu adalah bukti bahwa keluarga itu ada di
rumah. Meskipun begitu, tidak ada orang di dalam. Sebuah firasat buruk
membengkak di dalam hatinya.
Di sisi lain, Vanessa mengangkat
salah satu alisnya, dan ekspresinya berubah meragukan. “Tanda” yang
disebutkan Vanessa sebelumnya adalah sesuatu seperti jejak pertarungan,
atau kalau ada orang yang mengintip dari balik gedung di suatu tempat,
atau mobil yang diparkir yang terlihat tidak pada tempatnya dengan
lingkungan ini, yang dia maksud adalah tentang “jejak manusia. ” yang
terlihat oleh mata seperti itu.
Bagaimana dia tahu tentang bagian dalam rumah yang tidak terlihat .......
[Pokoknya,
kita tidak bisa melakukan apa-apa dari sini. Mari kita coba masuk.
Mungkin mereka hanya keluar sebentar di lingkungan sekitar.]
[Be, benar. pasti, seperti itu.]
Kousuke
memperhatikan ekspresi cemas Emily, jadi dia mendesak mereka untuk
bertindak cepat. Dan kemudian, dia buru-buru turun dari mobil untuk
memimpin. Vanessa mengubur keraguannya di dalam dadanya dari tindakan
Kousuke itu.
Mereka melintasi halaman rumput yang terawat baik,
menaiki tanjakan yang masih terlihat seperti baru dari renovasi sehingga
bisa dilalui dengan menggunakan kursi roda, dan mereka sampai di depan
pintu masuk.
Emily membunyikan lonceng. Dan kemudian dia
memanggil [Ayah! Ibu! Nenek! Ini Emily! Kalian disana?]. Namun, seolah-olah
untuk membuktikan kebenaran kata-kata Kousuke, tidak ada jawaban yang
datang dari dalam rumah.
Emily mengeluarkan kunci rumah dari
kantongnya, berpikir kalau pintu itu pasti terkunci kalau tidak ada orang
di rumah. Dan kemudian, dia memasukkan kunci dan hendak membuka pintu
……
[E, eh?]
Pintunya tidak terkunci sejak awal. Meskipun ini
adalah lingkungan yang tenang, tidak mungkin seluruh keluarga keluar
meninggalkan rumah dalam keadaan tidak terkunci. Pipi Emily mengejang.
[Ayah! Ibu! Ini aku! Kalian tidak di sini!? Nenek! kalian ada di mana!?]
[Doctor Grant! Tenang!]
Emily
membuka pintu dengan keras dan melangkah masuk ke dalam rumah tanpa
bisa menahan diri. Vanessa buru-buru menghentikan Emily yang seperti
itu.
Namun, peringatan Vanessa tidak masuk ke telinga Emily.
Hatinya yang memikirkan keluarganya sedang kacau karena kondisi rumah
yang tidak normal. Dia mati-matian mendukung hatinya yang merasa seperti
akan hancur di bawah kegelisahan dan teror saat berlari di sekitar
rumah. Dia melakukan itu sambil menelepon keluarganya. Dia ingin
mengatakan "Aku pulang" seperti biasanya. Dia ingin mendengar "Selamat
datang di rumah."
Namun, mau itu di ruang tamu yang terang, di
dapur tempat ibunya biasanya berdiri mengenakan celemek, di kamar
mandi, di kamar lantai dua, atau bahkan di kamar Emily, tidak ada orang
sama sekali.
[Itu, itu pasti kesalahan. Semuanya, mereka pasti keluar sebentar sekarang. I, itu benar. pasti, mereka pergi ke
tempat Pak. McBurney, atau ke tempat Bibi Hannah.]
[Emily.]
[Tunggu,
oke. Aku akan segera memanggil mereka kembali. Lalu, aku akan
memperkenalkan Vanessa dan Kousuke dengan benar pada mereka――]
[Emily Grant!]
[-]
Emily
hendak keluar rumah dengan senyum kering. Tapi Kousuke memanggil
namanya dengan nada yang kuat untuk menghentikannya. Emily mengejang dan
berdiri diam sebelum berbalik dengan gerakan kaku seperti mesin yang
belum diminyaki.
Mata Emily melihat Kousuke mengambil tablet yang
diletakkan di meja ruang tamu. Itu adalah sesuatu yang diabaikan Emily
sebelumnya. Tapi, barang itu jelas bukan milik keluarga Grant.
Alasannya adalah,
[Ini ditujukan, untukku ……]
Ya,
nama Vanessa Paradis terpampang di layar tablet yang dibiarkan menyala.
Tidak mungkin keluarga Emily yang tidak mengetahui keberadaan Vanessa
bisa menyiapkan hal seperti itu.
Dengan kata lain, rumah ini baru
saja dikunjungi beberapa jam yang lalu, oleh seseorang selain anggota
keluarga Grant, seseorang yang tahu tentang Vanessa……
Wajah Emily memucat. Tubuhnya tanpa sadar terhuyung-huyung goyah. Kousuke dengan cepat mendukungnya.
Didorong oleh tatapan Kousuke, Vanessa menyentuh tablet itu.
Kemudian,
meja memproyeksikan gambar sebuah ruangan di suatu tempat. Ruangan itu
tidak terlihat sangat sepi; itu ruangan biasa. Ada sofa dengan penutup
kain dan meja kayu. Tidak ada orang di sana. Sepertinya tablet itu hanya
diletakkan di tempat untuk merekam video.
Tapi, sesaat kemudian,
pintu di sudut kamera terbuka. Apa yang masuk dari pintu itu adalah
kursi roda, dan seorang wanita tua duduk di atasnya. Lalu,
seorang pria berusia empat puluhan yang terlihat agak lemah mendorong
kursi roda itu. Seorang wanita dengan usia yang sama memegang tangan
pria itu sambil melihat sekeliling dengan gelisah.
[-, nenek-, ayah-, ibu-]
Suara Emily bergema seperti teriakan.
Orang-orang
di video itu tidak terlihat seperti akan disakiti. Namun, dari ekspresi
dan gerak tubuh mereka, seolah-olah diambil tanpa benar-benar tahu
apa-apa. Namun, meski begitu, tetap tidak bisa membuat Emily yang sedang
melihat video tersebut menjadi tenang. Emily memandangi keluarganya
yang diculik dan jatuh tak berdaya.
Lalu, video terputus
dan tampilan menjadi hitam pekat. Namun saat mereka berpikir begitu,
perlahan gambar jam yang menunjukkan waktu beberapa jam dari sekarang
muncul, selanjutnya, peta dari foto udara mulai ditampilkan. Itu adalah
pertunjukan yang seperti perwujudan selera buruk pembuatnya.
[Tempat itu ...... terlihat seperti distrik gudang. Mereka main-main.]
Vanessa
meludahkan kata-kata itu. Di sampingnya, Emily menjadi kecil dengan
memeluk lutut dan kepalanya. Dia mendapatkan kilas balik dari rantai
peristiwa yang harus disebut sebagai traumanya, di mana dia kehilangan
orang-orang penting.
Mungkin, dia juga akan kehilangan
keluarganya....... teror itu menyingkirkan misi yang dipercayakan oleh
kakak-kakaknya dan mendorongnya ke jurang teror dan keputusasaan. Dia
ingin menangis sambil memohon, kalau dia akan mendengarkan apa pun yang
mereka katakan, jadi tolong jangan sakiti keluarganya.
Sebuah suara berbicara kepada Emily seperti itu. Suara itu lembut namun keras, hangat namun tajam, suara seperti itu.
[Emily,
itu akan baik-baik saja. Aku tidak tau siapa yang melakukan ini, tapi tidak ada tanda-tanda pertarungan di rumahmu, dan tidak ada
tanda-tanda kekerasan di keluargamu. Orang-orang itu menginginkan
kerja sama Emily, jadi meskipun mereka dapat menggunakan keluargamu
untuk mengancammu, mereka tidak dapat menyakiti mereka dengan mudah. Itu
karena mereka mengerti, melakukan itu hanya akan mendorong Emily
melewati keputusasaan dan menjadi permusuhan.]
[Kousu, ke.]
Kousuke dengan lembut mengambil tangan Emily yang memegangi kepalanya dan dengan lembut mendorongnya ke bawah.
[Emily
tahu rasa sakit karena tetap hidup dan dibiarkan melarikan diri
sendirian, dan memiliki sesuatu yang dipercayakan padamu. Kalau kau
berhenti di sini, maka, hal yang sama pasti akan terjadi lagi.]
[Tidak, aku tidak menginginkan itu! Sesuatu seperti itu, lagi-]
Emily
meninggikan suaranya dengan ekspresi terdistorsi karena menangis.
Kousuke mengangguk Benar?, lalu kali ini dia menarik tangannya dan
membuatnya berdiri.
[Kalau ada waktu di mana kau harus
mengerahkan segalanya untuk sekali dalam hidupmu, maka sekaranglah
waktu yang tepat. Saat ini, saat ini, nyalakan jiwamu]
[Eh?]
[Itu
adalah cerita dari seorang teman. Tapi, di masa lalu, saat aku
mengalami kekalahan telak, aku bisa berdiri sekali lagi dari kata-kata
ini. Aku bisa mempertaruhkan seluruh tubuh dan jiwaku melawan
sekelompok monster sebagai lawanku. Berkat itu, aku bisa berada di
sini sekarang.]
[Kousuke ……]
Emily kehilangan kata-katanya.
Itulah betapa “beratnya” kata-kata Kousuke barusan. Mereka bergema di
kedalaman terdalam dari hatinya yang lemah.
Kilatan mata tajam Kousuke yang tampak seperti seorang prajurit veteran menembus menembus Emily.
[Untuk
Emily Grant, pastinya saat ini adalah saat yang tepat untuk
mengobarkan jiwamu. Kencangkan kakimu, Gertakkan gigimu, lalu
berteriak sampai paru-parumu pecah. “Siapa yang akan melakukan apa
pun yang kau katakan! Jangan meremehkanku, dasar brengsek!" Seperti
itu.]
Itu adalah kata-kata yang penuh gairah seperti magma yang mendidih. Mata berkilauan Kousuke masih menembus Emily.
Karena itu, hanya ada satu jawaban yang bisa dibuat Emily.
[Ya. Ya!]
Jiwanya
yang hampir tenggelam ke dalam rawa keputusasaan, kini berkobar sekali
lagi. Emily dengan kuat menggenggam kembali tangan Kousuke yang
menggenggam tangannya.
[Kousuke, juga akan meminjamkanku kekuatanmu, kan?]
[Ya. Itulah yang kukatakan. Aku akan menjadi kekuatanmu. Keluarga Emily, mari kita selamatkan mereka dengan pasti.]
Mata
Emily bersinar seperti langit berbintang. Jarak antara keduanya begitu
dekat sehingga mereka bisa merasakan napas satu sama lain. Seolah-olah
itu adalah jarak saat ini antara hati mereka――
[......Haruskah aku
membaca suasana dan pergi keluar? Atau yang lain, haruskah aku
memotong dengan mengatakan "Jangan lupakan aku, tolonggg"? Itulah
pertanyaannya.]
Vanessa bergumam.
Tak perlu dikatakan lagi
bagaimana Emily melompat mundur dari Kousuke seperti kucing yang gesit.
Dan, tidak perlu dikatakan lagi bagaimana dia menjadi kecil
karena malu saat dia mengingat bagaimana dia sangat dekat dengan
seorang anak laki-laki barusan.
Part 4
Di saat
tirai malam telah turun sepenuhnya, kegelapan malam di distrik gudang di
pinggiran kota terpotong oleh lampu mobil. Mobil yang dengan hati-hati
maju perlahan dan diam-diam segera memasuki tempat yang dikelilingi dari
empat arah oleh gedung-gedung tinggi.
Lampu depan menerangi mobil hitam di depan.
Vanessa,
Emily, dan Kousuke keluar dari mobil dengan lampu depan masih
menyala. Vanessa berjalan ke depan dengan Kousuke dan Emily mengikuti di
belakang. Emily mencengkeram lengan baju Kousuke dengan erat.
Mobil
hitam di sisi yang berlawanan menyalakan lampu depannya seolah-olah
menentang sisi mereka. Seseorang turun dari mobil hitam di depan Vanessa
yang waspada. Sosok orang itu tidak jelas karena lampu belakang lampu
depan, tapi Vanessa bisa melihatnya dengan samar.
Dan kemudian
dia berpikir. [Aa, jadi seperti itu seperti yang diharapkan]. Pada saat
yang sama, dia juga berpikir [Akan lebih bagus kalau itu Kimberly].
[Agen
Paradis. Kamu benar-benar telah menempatkan kami ke dalam banyak
masalah. Dengan segala hak, kamu harus mendapatkan pelepasan disiplin,
Kau tahu?]
Sosok itu berjalan dengan langkah kaki berderak dan
menunjukkan diri. Itu adalah kenyataan yang kalau mungkin ingin dibantah
Vanessa.
Kepala biro keamanan nasional――Sharon Magdanese, orang inilah yang muncul.
⏩⏩⏩
Arifureta After
No comments:
Post a Comment